Tidak hanya itu, sang penulis juga mengaku bahwa ia memerlukan penyelidikan mendalam terkait karakter dari tokoh-tokoh yang ada, tempat serta peristiwa yang sudah berlalu. Berdasarkan hal-hal itulah yang membuat novel ini seakan hidup saat dibaca. Kemudian, untuk menyelesaikan novel ini, kurang lebih memakan waktu 5 tahun. Menariknya, novel ini berhasil digarap ke dalam bentuk film pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit dan disutradarai Pritagita Arianegara.
Sinopsis Novel Laut Bercerita
Laut Bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya.
Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.
Bagian Pertama
Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang. Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena.
Setelah ikut bergabung dengan organisasi Winatra, Laut jadi semakin menggiatkan aktivitas diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasi nya. Bukan hanya buku, melainkan beberapa konsep yang hendak mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintah di negara ini yang telah dipimpin oleh satu presiden selama lebih dari 30 tahun.
Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis. Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, kemudian tulisan itu ia kirim agar dapat dimuat oleh media cetak harian. Laut juga beberapa kali bekerja sebagai translator, misal, penerjemah dari novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.
Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.
Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran yang sesungguhnya seperti apa.
Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta rekan-rekannya kembali ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian ada yang ke Yogyakarta. Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang mencurigakan yang mengintai mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex, sementara yang lainnya entah melarikan diri ke mana.
Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di markas, sekelompok orang itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya diinterogasi, mereka pun diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum. Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak lain adalah siapa dalang atas aktivitas yang mereka lakukan.
Setelah kurang lebih dua hari satu malam, penganiayaan dan penyekapan itu pun berakhir. Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal Bungurasih. Di terminal Bungurasih, Laut, Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani. Mereka bertiga dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.
Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua dipukuli, disiram dengan air es, disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas dan kepala berada di bawah, ditelentangkan di atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya.
Di bagian pertama, tidak hanya membicarakan terkait aktivitas Laut dan teman-temannya dalam pergerakan yang hendak mereka jalani, melain ada pula sisipan kisah antara Laut dan anggota keluarganya. Saat Laut dan teman-temannya menghilang, semua kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka pun senantiasa berubah.
Sejak Laut kuliah di Yogyakarta, ia dengan bapak, ibu, dan Asmara (adiknya Laut) semakin jarang berkumpul bersama. Oleh sebab itu, bapaknya memutuskan bahwa hari Minggu adalah hari bersama untuk keluarga mereka, tidak boleh ada yang mengganggu. Saat makan malam adalah hal yang paling menarik bisa dikatakan menjadi sebuah ritual bagi mereka. Di sana adanya kebersamaan dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah mereka.
Tak hanya itu, novel Laut Bercerita juga menyisipkan kisah antara laut dengan kegiatan kuliahnya, yakni sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris. Laut memang aktif di organisasi Winatra itu, tetapi dirinya tidak lupa akan pelajaran kuliahnya. Hal itu terbukti bahwa dia masih menyusun skripsi dan dapat menuntaskannya.
Komentar
Posting Komentar